TANGERANG, iNewsTangsel.id - Banjir besar yang melanda Kabupaten Tangerang pada akhir Januari 2025 telah menyebabkan kerusakan yang cukup signifikan. Tidak hanya 5.535 Kepala Keluarga (KK) yang terdampak, tetapi juga 40 hektar sawah, yang sebagian besar berada di Kecamatan Pakuhaji, terendam air. Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang, Asep Jatnika Sutrisno, sekitar 10 hektar sawah padi gagal panen akibat terendam air dalam waktu lama.
"40 hektar sawah terendam di Buaran Bambu, Kecamatan Pakuhaji. Namun, 30 hektar sawah lainnya berhasil diselamatkan. Sayangnya, yang 10 hektar sudah pasti gagal panen," ungkap Asep pada Kamis, 30 Januari 2025. Asep menambahkan bahwa data yang ada masih bersifat sementara, karena pihaknya masih melakukan pendataan di lapangan dan ada kemungkinan sawah-sawah lainnya juga terdampak namun belum terdata.
Meski 30 hektar sawah telah berhasil diselamatkan, kerugian besar tetap terjadi dengan hilangnya 10 hektar tanaman padi. Asep juga menegaskan bahwa banjir yang melanda Kabupaten Tangerang tidak hanya menggenangi area pertanian, tetapi juga merendam permukiman di beberapa kecamatan.
Selain melanda area pertanian, banjir juga telah merendam ribuan rumah di Kabupaten Tangerang. Sejumlah wilayah yang terdampak antara lain Kecamatan Kronjo, Mauk, Sepatan, Sepatan Timur, Pakuhaji, dan Kosambi. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Tangerang, Ujar Sudrajat, mengungkapkan bahwa banjir ini dipicu oleh hujan lebat yang terjadi selama dua hari berturut-turut dan meluapnya sungai-sungai yang melintasi wilayah Kabupaten Tangerang.
"Dari delapan kecamatan yang terendam, mayoritas wilayah berada di pesisir Pantai Utara Kabupaten Tangerang. Tingginya intensitas hujan ditambah meluapnya sungai-sungai lokal menyebabkan banyak permukiman warga terendam," ujar Sudrajat.
Fenomena banjir yang semakin parah juga dipengaruhi oleh perubahan tata ruang akibat proyek pembangunan, khususnya proyek PIK2 (Pantai Indah Kapuk 2). Sejumlah warga, seperti Dullah dari Kecamatan Kronjo, mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap berkurangnya daerah resapan air akibat urukan tanah yang terjadi di kawasan tersebut.
"Sebelum adanya proyek PIK2, meskipun hujan deras, banjir tidak setinggi sekarang. Sekarang banyak daerah resapan air yang hilang karena diuruk untuk pembangunan," kata Dullah, yang menyebutkan bahwa banyak wilayah yang sebelumnya aman dari banjir kini justru terendam.
Pemerintah Kabupaten Tangerang, melalui BPBD dan dinas terkait, terus melakukan pendataan dan penanganan darurat untuk mengatasi dampak banjir ini. Warga di sejumlah wilayah yang terdampak juga diminta untuk waspada terhadap kemungkinan terjadinya banjir susulan, mengingat cuaca yang masih tidak menentu.
Di sisi lain, perbaikan dan penataan ulang tata ruang wilayah menjadi hal yang perlu diperhatikan ke depan, agar kejadian serupa tidak terulang. Penanggulangan bencana yang lebih baik, termasuk perbaikan saluran drainase dan pengelolaan daerah resapan air, harus menjadi prioritas agar banjir dapat diminimalisir di masa depan.
Editor : Aris