Kekurangan Zat Besi Masih Tinggi di Indonesia, Ini Risiko dan Solusi untuk Anak

TANGERANG, iNewsTangsel.id - Kekurangan zat besi masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Data menunjukkan, 1 dari 3 anak berisiko mengalami defisiensi zat besi akibat rendahnya konsumsi makanan kaya zat besi. Kondisi ini dapat menghambat perkembangan otak, konsentrasi, hingga daya tahan tubuh anak.
dr. Melia Yunita, MSc, SpA, Dokter Spesialis Anak, menjelaskan bahwa zat besi sangat penting dalam masa pertumbuhan. “Zat besi tidak hanya mendukung pembentukan sel darah merah, tetapi juga penting bagi koneksi antar sel saraf dan proses belajar anak. Kekurangannya bisa menyebabkan anak mudah lelah, lesu, kurang fokus, dan lebih rentan sakit,” ujar dr. Melia, Rabu (4/6/2025).
Untuk membantu orang tua mengenali risiko ini lebih awal, SGM Eksplor bersama Alfamart meluncurkan Kalkulator Zat Besi—alat bantu non-medis pertama di Indonesia yang tersedia di aplikasi Alfagift. Cukup 3 menit, orang tua bisa mengetahui risiko kekurangan zat besi si kecil secara mandiri.
Vera Galuh Sugijanto, Vice President General Secretary Danone Indonesia, menegaskan bahwa kolaborasi ini bertujuan mendukung tumbuh kembang anak. “Kami ingin bantu anak Indonesia agar lebih fokus dan aktif belajar dengan pemenuhan zat besi optimal,” katanya.
Kalkulator ini menjadi bagian dari program edukatif “Alfamart Sahabat Generasi Maju”, yang juga diisi dengan layanan konsultatif dan konten gizi lewat aplikasi.
Corporate Affairs Director Alfamart, Solihin, menambahkan, “Melalui program ini, kami ingin mempermudah ibu-ibu dalam memahami dan memantau kebutuhan zat besi anak mereka.” tegasnya.
Editor : Hasiholan Siahaan