Program Cerdas Pilah Plastik Berhasil Kurangi 19 Ton Sampah, Aksi Nyata Kurangi Sampah Plastik

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Sampah plastik masih menjadi persoalan serius di DKI Jakarta. Data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2024 mencatat, plastik merupakan penyumbang sampah terbesar kedua di ibu kota, mencapai 22,95 persen. Setiap hari, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang harus menerima antara 7.200 hingga 7.500 ton sampah dari wilayah Jakarta.
Sebagian besar sampah ini berasal dari rumah tangga (53,74%) dan pasar (14,48%). Fakta ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah, khususnya plastik, perlu dimulai dari sumber terdekat—yakni rumah.
Berangkat dari keprihatinan ini, sekelompok anak dan orang muda yang tergabung dalam Child Campaigner memilih untuk tidak tinggal diam. Dengan cara mereka sendiri, kelompok ini mengajak masyarakat untuk memulai perubahan dari rumah. Mereka percaya, kesadaran lingkungan harus tumbuh dari hal-hal kecil dan dekat dengan keseharian.
Untuk memperkuat upaya ini, Save the Children Indonesia bersama Hyundai Motor Company menginisiasi Program Ekonomi Sirkular—sebuah program edukasi dan pengelolaan sampah berbasis kolaborasi. Program ini dijalankan melalui inisiatif sosial Hyundai bernama Hyundai Continue dan bertujuan meningkatkan praktik pemilahan serta daur ulang sampah plastik di Jakarta.
Sejak diluncurkan pada November 2022, program ini telah mendistribusikan 89 unit dropbox di 20 sekolah, 4 RPTRA, serta sejumlah area publik seperti kawasan perumahan, rumah makan, dan fasilitas olahraga. Tujuannya sederhana: membiasakan masyarakat memilah sampah sejak dari rumah.
Hasilnya, lebih dari 19 ton sampah plastik—setara lebih dari satu juta botol—berhasil dicegah mencemari lingkungan. Sampah yang terkumpul tidak hanya didaur ulang, tapi juga di-upcycle menjadi produk baru seperti boneka dan kaus. Melalui kemitraan dengan Plastic Pay, program ini bahkan mampu memberikan nilai ekonomi, dengan total imbal hasil kepada masyarakat mencapai Rp 57 juta. Poin dari hasil penukaran sampah bisa dikonversi menjadi saldo digital, memberikan insentif nyata bagi warga yang terlibat.
Namun, tak sekadar urusan teknis pengelolaan, program ini juga menyentuh sisi edukatif. Anak-anak dan remaja yang tergabung sebagai Child Campaigner aktif menciptakan berbagai media pembelajaran kreatif. Permainan ular tangga raksasa, spin wheel “Yes or No,” hingga Tajalo (Tanya Jawab Lompat) menjadi alat bantu mengenalkan bahaya sampah sekaligus cara mengelolanya dengan pendekatan menyenangkan. Mereka juga menyuarakan kampanye di sekolah, berdialog dengan warga, hingga menggelar diskusi dengan pemerintah setempat.
Salah satu gerakan yang diusung bertajuk “Cerdas Pilah Plastik”, menjadi ruang aksi dan edukasi bagi anak-anak untuk menyampaikan pentingnya memilah dan mengelola sampah.
“Melalui kampanye ini, kami ingin menyuarakan bahwa penggunaan plastik berlebih menimbulkan polusi yang mengancam lingkungan tempat anak-anak tumbuh dan bermimpi. Kami ingin semua pihak bergerak bersama menciptakan lingkungan yang lebih aman dan layak,” ujar Shifa (17), anggota Child Campaigner Jakarta.
Keterlibatan anak dan orang muda dalam program ini menunjukkan bahwa mereka bukan hanya penerima dampak, tapi juga aktor perubahan. Aksi sederhana yang mereka lakukan membawa pengaruh besar dalam membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya pengelolaan sampah sejak dari rumah.
“Anak-anak bukan sekadar korban dari kerusakan lingkungan, tapi bagian dari solusi. Lewat pendekatan edukatif dan partisipatif, kami ingin memberi ruang bagi mereka untuk berkontribusi dan menyuarakan hak atas lingkungan yang sehat dan berkelanjutan,” tutur Leonard Benny Johan, Program Manager Ekonomi Sirkular di Save the Children Indonesia, Jumat (20/6/2025).
Dengan semangat kolaborasi dan aksi nyata, program ini membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil—dari rumah, oleh anak muda, untuk masa depan yang lebih hijau.
Editor : Hasiholan Siahaan