Dorong Literasi Keuangan, Program Inklusif Targetkan 140 Ribu Perempuan dan Kaum Muda

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Upaya mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif kembali diperkuat melalui peningkatan literasi keuangan, pemberdayaan perempuan, dan pembukaan akses kerja bagi kaum muda. Salah satunya dengan kolaborasi lintas lembaga, seperti yang dilakukan DBS Foundation, Yayasan Mercy Corps Indonesia, dan Plan Indonesia untuk menjangkau sekitar 140.000 perempuan pelaku usaha mikro serta anak muda, termasuk penyandang disabilitas, di empat kota besar di Indonesia.
“Program ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan manajemen bisnis, serta pemanfaatan teknologi digital dalam mendukung kemandirian ekonomi masyarakat. Sehingga dapat memperkuat kesiapan kerja bagi generasi muda,” kata Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika, saat peresmian kerjasama tersebut di Jakarta, Rabu (15/10/2025).
Mona menjelaskan, dalam kerjasama ini pihaknya memberikan dukungan pendanaan sebesar Rp48 miliar untuk dua program utama. Pertama, Financial Inclusion for Women Entrepreneurs, yang menyasar 40.000 perempuan dan anak muda pelaku usaha mikro di Semarang, Surabaya, dan Medan.
“Program berlangsung selama dua tahun untuk pelatihan dan pendampingan literasi digital, manajemen keuangan, akses layanan perbankan,” ucapnya.
Program kedua, lanjut Mona, You Rise (Youth be Ready, Inclusive, Skilled, Empowered). Program ini menjangkau 100.000 kaum muda, termasuk 60 persen perempuan dan 3 persen penyandang disabilitas di Jakarta, Medan, dan Surabaya.
“Program ini untuk pelatihan keterampilan kerja, literasi finansial, serta pendampingan karier untuk kebutuhan industri,” paparnya.
Menurut dia, langkah ini sejalan dengan upaya memperkecil kesenjangan literasi keuangan di Indonesia. Karena data Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 menunjukkan, tingkat literasi keuangan perempuan masih berada di angka 65,58 persen. Angka itu sedikit lebih rendah dibanding laki-laki yang mencapai 67,32 persen.
“Perbedaan ini turut berdampak pada kemampuan perempuan dalam mengakses produk dan layanan keuangan formal. Padahal, sekitar 64 persen UMKM di Indonesia dikelola oleh perempuan, dengan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional,” tegasnya.
Hal serupa dikatakan, Executive Director Yayasan Mercy Corps Indonesia Ade Soekadis. Kondisi tersebut juga tercermin pada kelompok pelaku usaha mikro dan kecil. Dari datanya (2022), 51 persen perempuan pengusaha mikro di perkotaan yang memiliki rekening aktif. Tapi belum banyak yang menggunakan layanan keuangan digital untuk mengembangkan usahanya.
“Minimnya literasi keuangan, keterbatasan aset, serta kurangnya informasi dan akses terhadap lembaga keuangan menjadi faktor penghambat utama. Sehingga masih banyak perempuan pengusaha yang belum memanfaatkan teknologi keuangan secara optimal. Padahal, banyak yang sudah memiliki ponsel dan akses internet,” terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti menambahkan, pentingnya dukungan bagi generasi muda untuk menghadapi perubahan ekonomi. Karena masih banyak generasi muda yang belum memiliki pekerjaan maupun pelatihan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 menunjukkan, sekitar 9 juta anak muda berstatus NEET (Not in Education, Employment, or Training).
“Kaum muda harus dipersiapkan agar mampu beradaptasi dengan pasar kerja yang terus berkembang. Dukungan pelatihan dan literasi finansial akan memperkuat posisi mereka dalam ekonomi inklusif,” tutup Dini.
Editor : Elva Setyaningrum