Bunuh Diri Terjadi Terkait Kesehatan Mental, Coach Rheo: Seperti Parasit Sulit Dihilangkan dari Jiwa
JAKARTA, iNewsTangsel.id - Kesehatan mental menjadi masalah krusial saat ini, termasuk juga di Indonesia. Bunuh diri terkait erat dengan bagaimana kesehatan mental seseorang termasuk dari kalangan mahasiswa-mahasiswi.
Kasus bunuh diri dilakukan mahasiswi terkini yang dilakukan Bernadette Carolina Angglica Harinato (21). Mahasiswi Universtas Airlangga (Unair) Surabaya ini tewas di dalam mobil. Korban berusia 21 tahun itu nekat mengakhiri hidup jelang resmi menyandang gelar dokter hewan.
LIHAT JUGA: Profil Bernadette Carolina Mahasiswi Unair Tewas di Mobil, Nekat Bunuh Diri Jelang Jadi Dokter Hewan
Mayat korban ditemukan pertama kali oleh seorang satpam di dalam mobil dengan plat nomor AG 1484 BY di Kompleks Ruko, di daerah Desa Tambak Oso, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (5/11/2023) pagi.
Saat ditemukan jenazah korban sudah kaku, seluruh kepalanya terbungkus plastik, dan bagian leher terlakban.
LIHAT JUGA: 7 Fakta Mahasiswi Kedokteran Unair Tewas Terbungkus Plastik di Mobil, Pesan Terakhir Bikin Merinding
Kasus lain mahasiswi berinisial SMQ (22) tewas mengenaskan setelah terjatuh dari lantai 4 salah satu gedung di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kasihan, Bantul, pada Senin 02 Oktober 2023. Dari hasil penyelidikan, polisi menduga korban nekat mengakhiri hidupnya.
Sebelumnya seorang mahasiswa asal Bantul, DAP (19) ditemukan tewas gantung diri di kamar kosnya di Candikarang RT02//RW08 Sardonoharjo Ngaglik Sleman pada Minggu 9 Juli 2023. DAP sendiri selama ini lebih dikenal sebagai pribadi yang pendiam dan jarang bercerita.
Bahkan data Polri menunjukkan periode Januari-Juni 2023, terdapat 663 kasus bunuh diri di Indonesia. Angka tersebut meningkat sebesar 36,4% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2021 (486 kasus).
Lantas bagaimana analisa Mind Technology Expert atau Pakar Teknologi Pikiran, Coach Rheo.
Menurut Coach Rheo, peningkatan kasus bunuh diri di Indonesia dan seluruh dunia bisa disebabkan oleh tekanan ekonomi yang menjadi salah satu pemicu beban mental. Banyak orang kehilangan pekerjaan akibat perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Coach Rheo mengungkapkan bahwa kasus bunuh diri seringkali dipicu oleh berbagai masalah terkait kesehatan mental, seperti kekerasan berbasis gender, perundungan, kekerasan siber, penyakit sulit disembuhkan, tekanan ekonomi, dan masalah lainnya. Beban-beban ini seringkali berdampak pada kesejahteraan jiwa seseorang dan sulit diatasi.
LIHAT JUGA: Mahasiswi Unair yang Tewas Gemparkan Kampus, Dekan Gemetar hingga Menangis Tanpa Henti
Coach Rheo menjelaskan bahwa beban mental bisa menjadi seperti parasit yang sulit untuk dihilangkan dari dalam jiwa seseorang. Ilmu pengetahuan telah mempelajari bagaimana trauma terjadi pada seseorang dan bagaimana cara mengatasinya. Namun, seringkali trauma bisa muncul kembali dan hanya membantu seseorang melewati masa sulit, bukan menghilangkan beban mental secara permanen.
Coach Rheo menegaskan bahwa kata "permanen" adalah kata yang dihindari dalam bidang kesehatan mental, karena banyak yang meyakini bahwa trauma mental tidak akan pernah hilang. Dia merujuk pada data U.S. Department of Veterans Affairs tahun 2019 yang menunjukkan bahwa 20 veteran perang bunuh diri setiap hari akibat beban mental, meskipun mereka telah menerima layanan psikologis terbaik.
Coach Rheo telah mengembangkan metode penyembuhan mental yang dikenal sebagai DOA Physio Psychotherapy, yang mengintegrasikan aspek fisiologis dalam pengobatan mental. Sistem ini berbeda dari pendekatan psikologis atau biologis yang biasanya digunakan dalam kedokteran konvensional.
Menurut Coach Rheo, emosi merupakan proses fisiologis yang kompleks, sehingga penting untuk mengatasi reaksi fisiologis terhadap trauma, seperti Amygdala Hijack, yang bertanggung jawab atas perasaan dan emosi. Tujuannya adalah membuat reaktivitas tubuh terhadap trauma menjadi netral.
Coach Rheo menekankan bahwa sebelum membahas kesehatan mental, seseorang yang mengalami beban mental harus mencapai posisi netral terlebih dahulu. Sebagai contoh, orang yang patah tulang perlu disembuhkan terlebih dahulu sebelum diajari berkendara dengan baik.
Coach Rheo berpendapat bahwa banyak yang fokus pada pendidikan dan teori terkait masalah mental, tetapi kurang ada yang memiliki cara konkret untuk mengatasi reaksi fisiologis terhadap trauma.
LIHAT JUGA: Mahasiswi asal Kediri Diduga Bunuh Diri dengan Menghirup Gas Helium
Ia menciptakan sistem DOA (Divine Oracular Assistance) yang memungkinkan seseorang untuk mengatasi beban emosi mereka secara mandiri, tanpa perlu menceritakan detail pengalaman mereka. Coach Rheo menggambarkan DOA sebagai sistem yang unik dan efektif.
Visi Coach Rheo adalah membuat kesehatan mental menjadi seperti kesehatan fisik, di mana semua orang dapat mengatasi beban mental mereka sendiri, bukan bergantung pada obat-obatan atau terapis secara terus-menerus.
Coach Rheo juga menekankan bahwa penting untuk membedakan antara metode yang efektif dan penipuan dalam pengobatan mental. Ia meminta orang untuk mendengarkan rekomendasi dari dokter, psikolog, konselor, dan akademisi yang mendukung metodenya.
Coach Rheo berpendapat bahwa beban mental, seperti trauma, luka batin, fobia, dan masalah kesehatan mental lainnya, tidak perlu dijalani seumur hidup. Ia menekankan pentingnya teknologi baru yang dapat mengatasi beban emosi secara permanen dalam waktu singkat.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait