"Kami mengawal benih tebu asal Australia yang akan dikembangkan di Merauke, dan ini menjadi tanggung jawab Barantin guna mencegah masuk dan tersebarnya Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) dari Australia yang berpotensi terbawa. Untuk itulah saya bersama tim datang langsung untuk memastikan ketertelusuran benih dan bagaimana perlakuan tindakan karantina di negara asalnya," papar Sahat.
Sahat juga menerangkan, perbanyakan tebu dilakukan melalui teknik kultur jaringan guna menghasilkan benih-benih tebu yang sehat bebas patogen penyakit bawaan dan dijamin kemurnian genetiknya.
Benih tebu dari laboratorium berupa planlet telah dilakukan Analisis Resiko Organisme Pengganggu Tumbuhan (AROPT). Permohonan Surat Izin Pemasukan (SIP) Kementan untuk pemasukan planlet tersebut juga telah diterbitkan.
Sebagai informasi, pada kunjungan kerja kali ini, Sahat didampingi oleh plt. Deputi Karantina Tumbuhan dan Ketua Tim Tindakan Karantina Tumbuhan, Bambang.
Kunjungan diawali dengan mengunjungi kebun indukan planlet tebu di Townsville guna memastikan kebun indukan tersebut telah mengimplementasikan sistem budidaya yang baik, temasuk monitoring dan pemantauan OPT yang menjadi perhatian Indonesia serta melakukan tindakan pengendalian terhadap hama dan penyakit tumbuhan, proses perakitan varietas tebu unggul oleh Sugar Research Australia (SRA), proses kultur meristem, metode deteksi dan identifikasi penyakit secara molekuler dan pemberian ID testing planlet.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait