Seperti diketahui, dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Indonesia yang dilakukan OJK pada 2022, tingkat literasi keuangan nasional masih cukup rendah, yakni sekitar 49,68%. Hal ini berdampak pada rendahnya kontribusi sektor keuangan non perbankan, khususnya asuransi dan dana pensiun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
“Kami juga melihat kajian-kajian yang dilakukan berdasarkan scientific research dalam buku ini dapat menjadi referensi dalam pengembangan kebijakan serta program edukasi terkait asuransi dan dana pensiun kepada masyarakat, untuk peningkatan inklusi masyarakat melalui pemahaman yang komprehensif akan praktik terbaik dan risiko dari asuransi dan dana pensiun,” ujarnya.
Wakil Direktur Utama IFG, Haru Koesmahargyo menegaskan, IFG menyadari bahwa sektor asuransi dan dana pensiun Indonesia saat ini menghadapi tantangan dari tingginya gap antara tingkat literasi dan inklusi keuangan di masyarakat. Hal ini terutama dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap produk dan layanan asuransi dan dana pensiun, risiko-risiko dan mitigasi yang harus dimiliki, serta tantangan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi dan dana pensiun.
Kolaborasi IFG melalui IFG Progress dan LPEM FEB UI dalam buku tersebut bertujuan untuk menjembatani gap pengetahun dan pemahaman di masyarakat, sehingga bisa mengoptimalkan potensi asuransi dan dana pensiun di Indonesia.
“Buku ini merupakan bentuk komitmen dan kontribusi IFG dalam peningkatan literasi keuangan, sejalan dengan POJK Nomor 3/2023 tentang Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan di Sektor Jasa Keuangan Bagi Konsumen dan/atau Masyarakat, melalui inovasi pemikiran, konsepsi strategis, dan langkah implementatif bersifat ilmiah yang dapat diimplementasikan oleh pelaku industri ataupun masyarakat umum,” katanya.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait