JAKARTA, iNewsTangsel.id - Risiko osteoporosis pada kelompok lansia di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan hasil pemindaian tulang (bone scan) yang dilakukan di 12 kota di Indonesia sepanjang Agustus 2024 hingga Mei 2025, ditemukan bahwa sekitar 75 persen warga lanjut usia menunjukkan tingkat risiko sedang hingga tinggi terhadap osteoporosis.
Osteoporosis adalah kondisi kronis yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Di Indonesia sendiri, dua dari lima orang diperkirakan berisiko mengalami kondisi ini, terutama pada kelompok usia di atas 50 tahun dan wanita pascamenopause.
"Penurunan kepadatan tulang secara perlahan sering kali tidak disadari, sehingga diagnosis biasanya baru dilakukan setelah terjadi fraktur atau patah tulang", ujar Dr. dr. Tirza Z. Tamin, Sp.KFR, M.S(K), FIPM(USG), Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI). Ia menekankan bahwa pencegahan harus dimulai lebih awal, bahkan sejak usia muda, dengan gaya hidup aktif dan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang baik bagi tulang, tegasnya, Jumat (30/5/2025).
Analisis dari pemeriksaan tulang juga mengungkap bahwa lansia yang jarang berolahraga dan tidak mengonsumsi makanan tinggi kalsium memiliki risiko lebih besar terhadap osteoporosis. Sebaliknya, individu yang rutin bergerak aktif serta mengonsumsi nutrisi tulang secara teratur menunjukkan risiko pengeroposan tulang yang lebih rendah. Aktivitas fisik harian disebut dapat meningkatkan perlindungan terhadap osteoporosis hingga dua kali lipat, sementara konsumsi kalsium secara rutin dapat menurunkan risiko sebesar 1,8 kali.
Di tengah meningkatnya angka kejadian osteopenia dan osteoporosis, edukasi publik tentang pentingnya kesehatan tulang menjadi semakin krusial. Hasil studi yang dipublikasikan dalam Journal of Bone Health Research menunjukkan adanya hubungan positif antara konsumsi produk susu lebih dari satu kali sehari dengan peningkatan kepadatan mineral tulang (bone mineral density) serta penurunan risiko osteoporosis.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait