Perwakilan Organisasi Petani Rehabilitasi (OPR), Suyatno, menyebut pola kemitraan ini memberi manfaat langsung bagi petani lokal. “Kami bukan hanya tenaga kerja musiman. Dengan sistem ini, petani bisa terlibat penuh dalam proses produksi dan turut mengakses pasar nasional,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan oleh Ketua KUPS Mandiri Jaya, Siti Nurjanah, yang menyebut kemitraan tersebut membuka peluang peningkatan pendapatan rumah tangga petani. “Ada kejelasan sistem, dan yang paling penting kami dihargai sebagai mitra, bukan hanya pelaksana di lapangan,” katanya.
Nama “Gemah Ripah Loh Jenawe” sendiri diambil dari falsafah Jawa yang menggambarkan kemakmuran dan kesuburan tanah air. Ungkapan ini juga mencerminkan arah yang dituju perusahaan: menciptakan sistem pertanian yang tidak hanya produktif, tapi juga memperhatikan kesejahteraan petani dan keberlanjutan lingkungan.
Dengan pendekatan legal, partisipatif, dan berbasis komunitas, GRLJ memperlihatkan bahwa produksi benih tidak semata soal komoditas, tetapi juga tentang membangun ekosistem agrikultur yang lebih adil dan tangguh dari akar rumput.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait