Pasar Tradisional Jakarta Masuk Era Digital, Transaksi QRIS Meningkat Tajam

Hasiholan
Pemakaian QRIS di 20 pasar naik hampir 47%, bahkan transaksi e-commerce ikut melonjak lebih dari 40%. Ini menandakan pasar tradisional Jakarta mampu beradaptasi. Foto ilustrasi

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Suasana Pasar Mayestik, Jakarta Selatan, tampak berbeda. Di antara hiruk-pikuk pedagang kain dan pembeli, kini terpampang kode QR di banyak kios. Pedagang yang dulu hanya mengandalkan uang tunai, sekarang mulai terbiasa menerima pembayaran melalui ponsel. Transformasi ini adalah hasil dari program Lomba Digitalisasi Pasar yang digagas Pemprov DKI Jakarta bersama Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta Perumda Pasar Jaya.

Menurut data Perumda Pasar Jaya, dari 153 pasar yang dikelola, setidaknya 20 pasar tradisional dipilih sebagai percontohan digitalisasi. Beberapa kategori lomba yang dilaksanakan antara lain Program Literasi Teraktif, Digitalisasi Keuangan Terbaik, hingga Akses Keuangan Termasif.

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menilai langkah ini bukan hanya sekadar tren, tetapi sebuah kebutuhan. “Digitalisasi tidak bisa dihindarkan. Dengan adanya literasi dan lomba ini, kami melihat lonjakan signifikan. Pemakaian QRIS di 20 pasar naik hampir 47%, bahkan transaksi e-commerce ikut melonjak lebih dari 40%. Ini menandakan pasar tradisional Jakarta mampu beradaptasi,” ujarnya saat menyerahkan penghargaan di Pasar Tanah Abang, Minggu (24/8/2035).

Salah satu perbankan yang aktif terlibat adalah Bank Jakarta, yang berhasil meraih tiga penghargaan sekaligus, termasuk Mitra Perbankan Terbaik di Pasar Koja dan Pasar Mayestik. Direktur Utama Bank Jakarta, Agus H. Widodo, menyebut digitalisasi pasar adalah bentuk nyata dari inklusi keuangan. “Kami memandang digitalisasi pasar tradisional sebagai transformasi ekosistem keuangan. Bukan hanya menghadirkan kemudahan lewat QRIS atau EDC, tapi juga membuka akses UMKM ke sistem keuangan formal,” jelasnya.

Transformasi ini juga dirasakan langsung oleh pedagang. Kepala Pasar Mayestik, Dewi Ratna Furi, mengatakan bahwa penerapan pembayaran digital membuat pedagang lebih nyaman dan pembeli lebih aman. “Kolaborasi ini strategis. Pasar tradisional tetap bisa bertahan, tapi dengan cara baru yang relevan di era digital. Copet berkurang, transaksi lebih cepat, dan pedagang lebih percaya diri,” ungkapnya.

Deputi Kepala Perwakilan BI Jakarta, Yosamartha, menambahkan bahwa digitalisasi pasar membawa dampak lebih luas. Selain meningkatkan efisiensi transaksi, program ini juga membantu pemerintah dalam pencatatan pajak serta memperluas basis data UMKM.

Dengan pertumbuhan ekonomi Jakarta yang mencapai 5,18%—lebih tinggi dari rata-rata nasional—digitalisasi pasar diyakini menjadi salah satu penggerak. Dari Tanah Abang hingga Mayestik, dari kios sayur hingga toko kain, pasar tradisional kini tidak lagi sekadar ruang tawar-menawar, melainkan arena pertemuan tradisi dan teknologi.

Editor : Hasiholan Siahaan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network