JAKARTA, iNewsTangsel.id - Salah satu variabel yang penting den menentukan paslon capres-cawapres mana yang menang baik satu atau dua putaran adalah ke mana arah suara swing voters dan undecided voters.
Hal ini mengemuka dalam paparan Skala Data Indonesia (SDI) rilis survei nasional terkait dengan elektabilitas pasangan Calon Presiden-Wakil Presiden dan elektabilitas partai politik yang diselenggarakan pada Jumat 26 Januari 2023 di Jakarta.
Survei nasional ini dilakukan pada rentang waktu 13 – 21 Januari 2024 dan menggunakan metode tatap muka langsung. Sementara itu, jumlah sampel yang diambil sebanyak 1240 responden, margin of error ±2,78%, level of confidence 95%, dan teknik sampling berupa multistage random sampling.
“Dinamika elektabilitas pasangan Capres dan Cawapres masih bergerak dinamis sehingga Pilpres satu atau dua putaran masih belum bisa diketahui,” kata Direktur Skala Data Indonesia, Azka Abdi Amrurobbi dalam paparannya.
Prabowo-Gibran, lanjut Azka, menempati posisi puncak elektabilitas dengan memperoleh dukungan sebesar 45,7%, disusul Anis-Muhaimin sebesar 27,6%, Ganjar-Mahfud sebesar 16,9%, dan yang tidak tahu/tidak menjawab (undecided voters) sebesar 9,8%.
“Meski demikian, pemilih swing voters (pemilih yang masih dapat berubah pilihan) sebesar
19,6%. Sehingga, dengan demikian, suara swing voters dan undecided voters sangat menentukan arah Pilpres 2024 ke depan. Karena itu, Pilpres akan digelar satu atau dua putaran, salah satu variabel yang penting ialah ke mana arah suara swing voters dan undecided voters,” tutur Azka.
Sementara itu, peta elektabilitas partai politik bergerak dinamis. Beberapa partai yang memiliki kans untuk masuk ke Parlemen diantaranya, Gerindra (27,2%), PDIP (15,7%), NasDem (9,8%), Golkar (8,6%), PKS (8,3%), dan PKB (7,3%). Sedangkan partai-partai yang kemungkinan tidak masuk ke Parlemen yaitu Partai Buruh (0,2%), Partai Gelora (0,1%), PKN (0,2%), Hanura (0,2%), Garuda (0,2%), PBB (0,2%), Demokrat (2,5%), PSI (1,3%), Perindo (2,3%), PPP (0,8%), dan Partai Ummat (0,2%).
Tidak hanya itu, Azka juga memaparkan dari hasil survei SDI bahwa debat Capres dan Cawapres cukup berpengaruh terhadap landasan publik memilih pasangan Capres dan Cawapres. Sebanyak 29,8% pemilih menganggap debat Capres dan Cawapres berpengaruh terhadap pilihannya dan 23,5% menganggap cukup berpengaruh.
Sedangkan, 22,7% pemilih menganggap debat biasa saja, 4,2% kurang berpengaruh, dan 8,1% menanggap tidak
berpengaruh sama sekali terhadap pilihan mereka.
“Netralitas dalam Pemilu 2024 juga Ia anggap sangat penting. Dari hasil survei SDI, publik menganggap bahwa aparat negara yang paling netral ialah TNI, disusul oleh Kepolisian RI, dan ASN. Sedangkan, publik juga menganggap bahwa penyelenggara Pemilu yang paling netral ialah KPU, disusul oleh Bawaslu, dan DKPP,” pungkasnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta