Effendi memaparkan, Senator ProDEM menilai legislasi dan proses-proses politik sengaja dirancang demi kepentingan serta keuntungan kelompok tersebut. Para Senator ProDEM juga meyakini bahwa kaum oligarki tersebut telah memperkuat kekuasaan mereka dengan cara-cara manipulatif, seperti melakukan korupsi, menyuap pejabat publik, memanipulasi pemilihan umum (pemilu), maupun memengaruhi media untuk membentuk opini publik.
"Sehingga negara dan pemerintah tidak lagi mendedikasikan diri untuk kepentingan rakyat. Inilah yang menjelaskan mengapa sampai sekarang kesejahteraan rakyat, yang merupakan cita-cita luhur Reformasi, belum tertunaikan. Berbagai struktur demokrasi juga runtuh, perekonomian hancur, hutang luar negeri kian membengkak dan muncul berbagai kerusakan lainnya," tandasnya.
Swary Utami Dewi menekankan, praktik-praktik politik dan tata kelola berbangsa dan bernegara yang ugal-ugalan, yang tidak mematuhi kaidah rule of law, juga terjadi pada pengelolaan sumber daya alam (SDA). Akibatnya bukan hanya menyebabkan SDA semakin tersedot habis, tetapi juga terjadi tsunami ekologi yang semakin tak terbendung. Berbagai bencana ekologi ini telah menjadi problem serius, yang lalu meluas ke berbagai bencana ekonomi, sosial, dan budaya.
Senator ProDEM meyakini, kata Swary, terlihat fakta nyata bahwa dorongan kapitalisme yang tidak terkendali serta adanya kebijakan dan praktik-praktik ekstraktif bukan semata menyebabkan kerusakan ekosistem berupa pencemaran dalam berbagai bentuk, pemanasan global, dan sebagainya. Tetapi, hal-ihwal tersebut juga telah menimbulkan berbagai dampak lanjutan seperti perubahan iklim, berkurangnya daya dukung lingkungan, terancamnya keanekaragaman hayati, berbagai bencana ekologis, dan lain-lain.
Editor : Hasiholan Siahaan