Seribu Bayang Purnama, Film Drama Keluarga Pertama Angkat Problematika Nyata Juga Mimpi Petani

Yahdi Jamhur mengisahkan Seribu Bayang Purnama tidak hanya sekadar menyuguhkan drama dan romansa, tetapi juga kritik sosial terhadap sistem pertanian yang timpang di Indonesia yang menggambarkan bagaimana petani terjebak dalam lingkaran kemiskinan akibat mahalnya pupuk, ketergantungan pada tengkulak, dan minimnya akses modal.
"Pesan utama yang kami coba sampaikan melalui film ini adalah ketahanan pangan merupakan salah satu kunci bagi kedaulatan negara Indonesia. Melalui film ini kami mencoba mengangkat cerita kehidupan petani dengan segala suka dukanya, sehingga petani ini bisa terangkat derajatnya," ungkap Yahdi Jamhur.
Dia menegaskan bahwa seluruh keuntungan tiket "Seribu Bayang Purnama" akan didonasikan untuk pemberdayaan petani.“Kami ingin film ini menjadi inspirasi, bukan hanya kisah keluarga, tapi juga potret masalah dan tantangan yang dihadapi petani Indonesia," kata Yahdi Jamhur.
Penulis skenario Swastika Nohara, yang sudah dua kali meraih Piala Maya, ikut memberikan sentuhan emosional yang memperkuat pesan sosial film ini. Visual pedesaan yang indah dan penokohan yang kuat turut memperkuat daya tarik film.
"Film ini bagi saya sangat personal karena lahir dari based on story masa kecil saya yang tumbuh besar di keluarga petani. Semua pemeran atau karakter yang ada itulah hasil dari riset saya bersama ibu di desa tempat saya tinggal dulu," ungkap Swastika.
Editor : Hasiholan Siahaan