Di Tengah Duka, Rahmat Putra Tetap Kibarkan Merah Putih di Tangsel

SERPONG, iNewsTangsel.id - Di Lapangan Batalyon Kavaleri 9 Serpong Utara, Sabtu (17/8/2025), ribuan pasang mata menatap barisan Paskibraka yang berdiri tegak. Merah Putih perlahan naik ke angkasa, berkibar gagah diiringi lagu kebangsaan. Di balik prosesi sakral itu, ada seorang pemuda yang menahan pilu di dada.
Namanya Rahmat Putra Maulana. Seragam putihnya rapi, langkahnya tegap, suara lantangnya mengomandoi Pasukan 17. Namun, siapa sangka, tiga hari sebelumnya ia baru kehilangan sosok yang paling dicintainya — sang ayah.
Ayahandanya berpulang pada 14 Agustus 2025, tepat sehari sebelum Rahmat dikukuhkan sebagai anggota Paskibraka. Duka begitu berat. Tapi di tengah rasa kehilangan, Rahmat memilih jalan berbeda: tetap mengibarkan Sang Merah Putih.
“Saya ingin menjalankan amanah ini. Bagi saya, ini bukan hanya persembahan untuk Indonesia, tapi juga penghormatan terakhir untuk ayah,” ucapnya dengan suara bergetar, Rabu (20/8/2025).
Rahmat bercerita, ia teringat pesan sederhana dari almarhum: tetap semangat, apapun yang terjadi. Pesan itu menjadi bahan bakar yang menguatkan langkahnya. “Saya ingin membanggakan kedua orang tua saya,” tambahnya.
Keputusan Rahmat membuat banyak orang terharu, termasuk para pembina Paskibraka. “Setelah ayahnya meninggal, kami beri pilihan untuk mundur. Tapi dia tetap memilih maju. Bahkan dia tidak ingin temannya terganggu dengan kabar dukanya,” kata Eka Imelda Novitasari, pembina Paskibraka Tangsel.
Bagi Rahmat, berdiri di lapangan dengan bendera Merah Putih berkibar adalah wujud cinta yang lebih besar: cinta pada negeri, dan cinta pada ayah yang kini hanya bisa disapanya dalam doa.
Di usianya yang masih muda, Rahmat telah memberi pelajaran berharga. Bahwa semangat kemerdekaan lahir bukan dari ketiadaan cobaan, melainkan dari keberanian untuk tetap berdiri, meski hati tengah berduka.
Editor : Hasiholan Siahaan