Namun, tantangan lain muncul dari sektor pembiayaan utang. Hingga akhir Juli 2024, realisasi pembiayaan utang mencapai Rp266,3 triliun, atau 41,1 persen dari target Rp648,1 triliun dalam APBN 2024. Sri Mulyani menyebutkan bahwa lonjakan pembiayaan utang ini merupakan bagian dari strategi countercyclical pemerintah untuk menstabilkan perekonomian yang sedang lesu.
"Peningkatan pembiayaan utang ini bukan tanpa alasan. Tahun lalu, kita menikmati lonjakan penerimaan negara akibat tingginya harga komoditas, sehingga penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) bisa ditekan. Namun, tahun ini, dengan harga komoditas yang kembali normal, kita perlu beradaptasi dengan strategi baru untuk menjaga stabilitas ekonomi," paparnya.
Selain itu, Kemenkeu juga mencatat realisasi pinjaman sebesar Rp13,3 triliun dan pembiayaan non-utang sebesar Rp49,3 triliun, dengan total pembiayaan anggaran hingga 31 Juli 2024 mencapai Rp217 triliun.
Ke depan, Sri Mulyani memastikan bahwa Kemenkeu akan terus berupaya memaksimalkan penerimaan negara dan mengendalikan belanja, agar defisit tidak membesar dan ekonomi tetap berada pada jalur yang stabil.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait