“Berkaitan dengan kotak kosong itu, saya kira sasaran ekspresi ketidakpuasangannya itu mestinya tidak di KPU, tapi pada masing-masing Parpol. Publik atau pendukung parpol ketika merasa partainya yang dipilih harusnya bisa maju mencalonkan atau mengusung sendiri, tapi kenapa kok berkoalisi dengan yang lain,” ungkapnya.
“Nah, hal ini yang membuat masyarakat merasa kecewa, karena mereka yang memilih orang-orang di partai tapi tidak difasilitasi oleh partai politik. Jadi yang menjadikan calon tunggal itu adalah peran dari partai politik,” imbuh lelaki yang akrab disapa Sukowi ini.
Meski begitu, Suko Widodo juga memahami jika partai politik tak ingin paslon yang diusungnya kalah, sehingga memilih untuk bersikap realistis. “Namun hal tersebut juga sebagai bentuk kebuntuan komunikasi politik antara parpol dengan masyarakat,” ujarnya.
Pria berkumis tebal ini menambahkan, proses politik seperti ini membuat partai politik tidak dipercaya publik atau masyarakat. “Ini karena partai politik harusnya sebagai wadah untuk melakukan rekruitmen calon pemimpin baru, tapi itu tidak dilakukan,” tutupnya.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait