JAKARTA, iNewsTangsel.id - Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tuntutan, tak ada salahnya berhenti sejenak untuk merenungkan satu hal penting: apakah kita sudah menjalankan peran sebagai pembawa kabar baik? Apakah kasih Kristus sudah nyata dalam cara kita memperlakukan orang-orang di sekitar?
Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus menulis, “Bagaimana mereka dapat mendengar, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?” (Roma 10:14). Seruan ini sering kali dianggap hanya ditujukan bagi mereka yang melayani di mimbar atau berada dalam pelayanan penuh waktu. Namun sesungguhnya, setiap orang percaya turut dipanggil untuk menyampaikan Injil—bukan hanya lewat kata, tetapi lewat cara hidup yang mencerminkan kasih dan pengharapan di dalam Kristus.
Lingkungan sekitar—rumah, tempat kerja, komunitas—bisa menjadi ladang pelayanan yang efektif ketika kita hidup berserah kepada Tuhan. Dalam percakapan yang tulus, telinga yang siap mendengar, atau tangan yang terulur membantu, kasih Kristus bisa hadir nyata. Bahkan tindakan kecil, seperti memberi semangat atau menyampaikan pengharapan, dapat menjadi saluran anugerah bagi jiwa yang lelah.
“Yang Tuhan kehendaki bukanlah kefasihan atau jabatan, tetapi hati yang taat,” demikian inti pesan yang sering disampaikan para pengkhotbah. Ketaatan untuk hadir bagi sesama dan kesediaan menjadi alat di tangan-Nya menjadikan hidup kita kesaksian nyata tentang siapa Yesus sesungguhnya.
Roh Kudus tidak hanya menyertai, tapi juga memperlengkapi. Setiap benih kebaikan dan kebenaran yang kita tabur, bahkan yang tampak sederhana sekalipun, punya potensi besar untuk bertumbuh dan menghasilkan buah keselamatan.
Di tengah dunia yang haus akan pengharapan, mari kita ambil bagian. Karena setiap kita, tanpa terkecuali, telah dipanggil untuk menjadi pembawa kabar baik.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait