JAKARTA, iNewsTangsel.id - Di tengah ketidakpastian ekonomi global, DBS memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2025 tetap berada di kisaran 4,8 persen.
Proyeksi tersebut disampaikan oleh Radhika Rao, Ekonom DBS, dalam paparannya pada acara Media Briefing: Membaca Arah Pasar di Tengah Tantangan Kuartal III-2025. Menurutnya, meski ekonomi global dibayangi kebijakan tarif Amerika Serikat dan arah suku bunga The Fed, Indonesia masih memiliki daya tahan.
“Pertumbuhan kuartal II mencapai 5,1 persen, lebih tinggi dari ekspektasi. Namun, untuk keseluruhan tahun kami tetap mempertahankan proyeksi di 4,8 persen. Inflasi domestik turun, rata-rata di level 2,2 persen, dan itu menjadi kabar baik,” ujar Radhika, Kamis (21/8/2025).
Ia menyebutkan, pertumbuhan ekonomi didukung oleh konsumsi masyarakat, terutama pada sektor makanan, transportasi, rekreasi, serta restoran. Selain itu, tren investasi asing langsung (FDI) juga meningkat, khususnya pada sektor logistik.
Terkait ekspor, Radhika menilai kinerja Indonesia pada semester I 2025 cukup baik, namun diperkirakan melemah pada semester II akibat percepatan ekspor (front loading) sebelum kebijakan tarif baru AS berlaku. “Dampaknya bagi Indonesia tidak terlalu besar karena porsi ekspor kita ke AS relatif kecil dibanding Vietnam atau Korea Selatan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Radhika menilai Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan yang saat ini berada di level 5,25 persen. “Jika rupiah stabil dan inflasi terjaga, ada peluang pemangkasan lebih lanjut,” katanya.
DBS juga memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak stabil di kisaran Rp16.000 per dolar AS pada akhir 2025, dengan potensi penguatan di tahun berikutnya.
“Stabilitas nilai tukar, inflasi yang terkendali, dan arus investasi asing akan tetap menjadi modal penting bagi Indonesia untuk menjaga pertumbuhan di tengah dinamika global,” tutup Radhika.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait