JAKARTA, iNewsTangsel.id - Minggu (21/1) malam, masyarakat Indonesia menyaksikan debat terakhir antara tiga Calon Wakil Presiden, yaitu Gus Muhaimin (01), Mas Gibran (02), dan Prof. Mahfud (03). Setelah melihat dua sesi debat, saya melihat bahwa Mas Gibran sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk menghadapi diskusi sesuai tema yang ditetapkan oleh KPU RI dan panelis ujar Aktivis lintas agama Sahat Martin Philip Sinurat di Jakarta, Senin (22/1/2024).
Mengapa saya menyebut Mas Gibran yang paling serius? Ada setidaknya Dua alasan menurut pandangan saya. Pertama, debat ini bukanlah debat tingkat SMP, SMA, atau Universitas, melainkan Debat Calon Wakil Presiden.
Harapannya, setiap Cawapres memiliki tim pakar yang membantu persiapan agar mereka dapat menguasai tema debat. Pertanyaannya, mengapa Gus Muhaimin tidak memahami tentang Lithium Ferro Phosphate (LFP) padahal beberapa hari sebelumnya, Thomas Lembong, Co-Captain Timnas Paslon 01, membahas topik ini di kanal Youtube Total Politik dan beritanya dapat dibaca di berbagai media.
Saya juga mengkritisi, mengapa Prof. Mahfud tidak memahami istilah Greenflation, dan ketika Mas Gibran menjelaskan, jawaban Prof. Mahfud tidak sesuai. Apakah Gus Muhaimin dan Prof. Mahfud tidak mempersiapkan diri sesuai tema Debat Cawapres?, kata Sahat. Apakah mereka tidak berdiskusi dengan tim internal tentang topik-topik yang sedang hangat dan diperbincangkan publik? Mungkin keduanya kurang waktu mempersiapkan diri sesuai tema Debat karena lebih fokus mencari kesalahan dan kekurangan pemerintahan saat ini?
Kedua, seorang Wakil Presiden seharusnya menjadi pemimpin yang membantu Presiden mengatasi berbagai persoalan di tengah masyarakat serta mampu menjadi penyelesaiproses (problem solver), bukan mencari alasan pembenaran atas ketidaktahuan atau ketidaksiapan.
Editor : Hasiholan Siahaan