Serangan Israel bisa menjadi pukulan terakhir bagi ekonomi Iran yang semakin lemah akibat sanksi, kebijakan yang salah, dan korupsi selama bertahun-tahun.
Parvaneh, seorang ibu dua anak dari Kota Yazd, menyatakan bahwa rakyat Iran telah cukup menderita selama bertahun-tahun, dan perang hanya akan membawa bencana. Dia menyebutkan bahwa suaminya bekerja di pabrik dan keluarganya bahkan kesulitan membeli kebutuhan pokok karena keterbatasan ekonomi.
Warga kelas menengah dan bawah Iran merasakan beban ekonomi yang berat, dengan inflasi mencapai lebih dari 50 persen, kenaikan tarif utilitas, pangan, dan perumahan, sementara nilai mata uang Rial mengalami penurunan tajam. Meskipun ada rasa bangga atas serangan balasan Iran terhadap kantor konsulat Israel di Suriah pada 1 April lalu, namun juga ada ketakutan.
Hossein Sabahi, seorang pegawai pemerintah di Kota Tabriz, menyatakan rasa bangganya terhadap serangan tersebut, menganggap bahwa Israel memulai konflik tersebut dan Iran harus membalasnya. Dia yakin bahwa Israel tidak mampu melakukan banyak hal terhadap Iran karena menganggap Iran memiliki kekuatan yang sangat besar.
Tak lama setelah serangan Iran terhadap Israel, stasiun televisi Pemerintah Iran menyiarkan sejumlah unjuk rasa di beberapa kota untuk mendukung Teheran. Sejumlah orang terlihat meneriakkan slogan "Kematian untuk Israel" dan "Kematian untuk Amerika."
Editor : Hasiholan Siahaan