Dugaan Penggelapan dan Pencucian Uang EMA Laporkan Petinggi EEES ke Polres Metro Jaksel

JAKARTA, iNewsTangsel.id - PT Energi Maju Abadi (EMA) berpotensi mengalami kerugian lebih dari USD 31 juta akibat dugaan penggelapan dana yang melibatkan Kenny Wisha Sonda (KWS), Legal Counsel dari Energy Equity Epic (Sengkang) Pty., Ltd. (EEES), bersama sejumlah petinggi EEES lainnya. Dugaan tersebut meliputi kegagalan distribusi pendapatan kepada EMA, penggunaan dana di luar perjanjian, dan pelanggaran kewajiban perpajakan.
“EMA mengalami kerugian finansial yang signifikan akibat tindakan dugaan penggelapan dana oleh KWS bersama Direktur, General Manager, dan Manajer Keuangan EEES. Mereka diduga menghalangi distribusi pendapatan operasional minyak dan gas bumi di WK Sengkang yang menjadi hak EMA berdasarkan kepemilikan participating interest (PI) sebesar 49%. Dana tersebut diduga digunakan untuk kepentingan EEES secara melawan hukum,” ujar kuasa hukum EMA, Arsa Mufti Yogyandi, dalam pernyataan tertulisnya pada Jumat (13/12/2024).
Pendapatan dari WK Sengkang yang seharusnya menjadi hak EMA berdasarkan perjanjian 29 November 2018 diduga sepenuhnya dikuasai oleh EEES. Berdasarkan perjanjian tersebut, EMA memiliki PI sebesar 49%, di mana sebagian besar pendapatan digunakan untuk melunasi pinjaman, bunga EEES, dan pajak penghasilan sebelum pengalihan PI. Namun, EEES dituding menguasai penuh pendapatan tersebut tanpa pembagian yang sah.
“Faktanya, pendapatan dari PI EMA di WK Sengkang yang seharusnya didistribusikan kepada EMA telah dikuasai sepenuhnya oleh EEES dari November 2018 hingga Maret 2023,” ungkap Arsa.
Selain itu, Arsa menambahkan bahwa EEES diduga melakukan pengeluaran di luar kesepakatan, sehingga terjadi pembengkakan biaya operasional di WK Sengkang. Hal ini mencakup pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang melebihi batas kesepakatan serta penggunaan tambahan pendapatan dari 1% PI untuk kepentingan yang tidak disepakati.
Editor : Hasiholan Siahaan