Setelah penggabungan, kinerja keuangan Pelindo semakin solid selama tiga tahun terakhir. Laba bersih tahun 2023 mencapai Rp4,01 triliun, meningkat 3% dibandingkan tahun 2022. Selain itu, aset Pelindo juga tercatat naik hingga 6% menjadi Rp 123,2 triliun pada semester I 2024. Mengutip laporan tahunan Pelindo, aset perusahan ini sebesar Rp116,2 triliun pada 2021. Kemudian, pada 2023, naik menjadi Rp118,3 triliun dan menjadi Rp123,2 triliun per semester I-2024.
"Skala operasional Pelindo meningkat dengan adanya penggabungan itu. Kompleksitasnya juga meningkat terutama saat menstandardisasikan menjadi single operating system," kata Mona.
Dalam proses digitalisasi layanan logistik, Pelindo melakukannya secara bertahap, mulai dari basic improvement, standardisasi, sistemisasi dan integrasi. Mona mengungkapkan, bahwa digitalisasi bukan hanya sekedar menginstal sistem namun dimulai dari membangun mindset termasuk transformasi proses dan people. Hal tersebut dilakukan untuk menurunkan lamanya waktu sandar kapal di pelabuhan (port stay).
Mona menambahkan, Pelindo kini telah berevolusi dari port operator menjadi end-to-end service provider dan ecosystem integrator yang dibagi dalam layanan petikemas dan non petikemas, marine services, layanan pendukung pelabuhan, layanan logistik, dan hinterland development.
Bagi Pelindo, transformasi termasuk digitalisasi sistem yang telah dilakukan berdampak pada efisiensi biaya operasional, potensi penambahan trafik, dan peningkatan kompetensi dan knowledge.
"Dengan penurunan port stay, bagi konsumen mereka menghemat biaya operasional dan biaya sewa kapal. Sedangkan untuk ekosistem maritim, transformasi operasional berkontribusi terhadap penurunan biaya logistik dan mendukung konektivitas," kata Mona.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait