Muktamar IDI XXXII 2025: Urgensi Transformasi Kepemimpinan Kolektif Kolegial

Elva Setyaningrum
Dengan mengadopsi model kolektif kolegial, IDI tidak hanya akan memperkuat solidaritas internalnya, tetapi juga semakin mampu mengadvokasi kebijakan kesehatan yang berpihak pada kepentingan publik

Namun, tentu ada tantangan yang harus dihadapi. Model ini bukan berarti tanpa risiko. Potensi konflik internal bisa muncul akibat perbedaan pandangan, dan proses pengambilan keputusan mungkin membutuhkan waktu lebih lama. Oleh karena itu, sistem check and balance harus diperkuat. Salah satu langkah strategis yang bisa dilakukan adalah membentuk Komite Arbitrase yang berfungsi sebagai penengah dalam situasi-situasi krusial. Dengan demikian, perbedaan pendapat dapat dikelola dengan lebih profesional, tanpa menghambat kinerja organisasi.

Tak hanya itu, era digital juga bisa dimanfaatkan untuk memperlancar transisi ini. Bayangkan sebuah platform digital yang memungkinkan setiap anggota untuk memberikan suara mereka, mengakses informasi keputusan organisasi secara real-time, dan terlibat dalam forum diskusi tanpa harus hadir secara fisik. Platform digital yang dikembangkan oleh IDI bisa menjadi inovasi besar, memungkinkan pemungutan suara daring, diskusi terbuka, hingga dokumentasi keputusan yang bisa diakses semua anggota. Dengan langkah ini, IDI bisa menjadi lebih modern dan responsif terhadap tuntutan zaman.

Perubahan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Justru, perubahan adalah pintu menuju masa depan yang lebih baik. Model kepemimpinan kolektif kolegial bukan sekadar pilihan, melainkan kebutuhan. Model ini membuka ruang bagi lebih banyak suara untuk didengar, mengurangi ketergantungan pada individu tertentu, dan memperkuat posisi IDI sebagai organisasi profesi yang independen dan inklusif. Dengan pendekatan ini, IDI tidak hanya bisa menjaga kekompakan internal, tetapi juga lebih efektif dalam memperjuangkan kebijakan kesehatan yang berpihak pada kepentingan dokter dan masyarakat.

Menurut Northouse (2019), "Kepemimpinan kolektif bukan hanya soal membagi tanggung jawab, tetapi juga menciptakan struktur yang mampu menyerap keberagaman pemikiran dan memperkuat legitimasi kebijakan." Muktamar IDI 2025 menjadi momentum penting untuk merealisasikan perubahan ini. Dengan mengadopsi model kolektif kolegial, IDI tidak hanya akan memperkuat solidaritas internalnya, tetapi juga semakin mampu mengadvokasi kebijakan kesehatan yang berpihak pada kepentingan publik. Saatnya IDI melangkah menuju kepemimpinan yang lebih demokratis dan berorientasi pada kemajuan bersama.

Saat ini, kita berada di persimpangan jalan. Muktamar IDI 2025 akan menjadi momentum krusial untuk menentukan arah organisasi ke depan. Apakah IDI akan tetap bertahan dengan model kepemimpinan yang ada atau memilih bertransformasi menjadi organisasi yang lebih demokratis dan kolegial? Waktunya telah tiba bagi IDI untuk menatap masa depan dengan visi yang lebih terbuka, menempatkan kepentingan kolektif di atas kepentingan individu, dan membawa profesi kedokteran Indonesia ke era yang lebih maju.

Penulis: dr. Taufan Tuarita, SekjenPP Perhimpunan Dokter Umum Indonesia.

Editor : Hasiholan Siahaan

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network