Dilema pun muncul. Di satu sisi ada keinginan menjaga norma dan keamanan lingkungan, tapi di sisi lain ada realita ekonomi dan sosial yang tak bisa diabaikan begitu saja.
Gaplek kini berdiri sebagai simbol ambiguitas kota penyangga: tempat di mana pembangunan infrastruktur dan modernitas melesat, namun kesiapan sosial, regulasi, dan pengawasan tak selalu mampu mengimbanginya.
Selama tak ada kebijakan yang menyentuh akar persoalan—baik dari sisi hukum maupun pendekatan sosial—kawasan seperti Gaplek akan terus menjadi magnet yang menyatukan kebutuhan, kepentingan, dan pembiaran dalam satu ruang malam yang tak pernah benar-benar padam.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait