1. Pemberian ASI eksklusif
Pencegahan bisa dimulai sejak lahir dengan memberikan ASI eksklusif. ASI lebih baik dibandingkan dengan susu formula karena zat besi dalam ASI lebih mudah diserap oleh saluran cerna anak. Anak yang diberi ASI memiliki risiko lebih rendah mengalami kekurangan zat besi dibandingkan anak yang diberi susu formula (Kunsah et al., 2021).
2. Memberikan makanan sumber zat besi
Pada usia 6 bulan, anak mulai mengonsumsi makanan pendamping ASI (MPASI). Pastikan kebutuhan zat besinya tercukupi dengan memberikan makanan sumber zat besi, seperti daging merah, hati ayam, hati sapi, ikan tuna, serta sayuran hijau seperti bayam dan brokoli. Berdasarkan Permenkes RI no. 28 tahun 2019 tentang angka kecukupan gizi (AKG), kebutuhan zat besi untuk anak usia 0-5 bulan adalah 0,3 mg/hari, usia 6-11 bulan adalah 11 mg/hari, usia 1-3 tahun adalah 7 mg/hari, dan usia 4-6 tahun adalah 10 mg/hari.
3. Dukung dengan pemberian vitamin C
Metabolisme zat besi dalam tubuh dipengaruhi oleh zat gizi lainnya. Vitamin C, misalnya, memiliki peran penting dalam pembentukan sel darah merah. Penyerapan zat besi dalam tubuh dapat meningkat empat kali lipat jika terdapat vitamin C (Alfiah & Dainy, 2023). Sumber makanan yang mengandung vitamin C antara lain jambu biji, jeruk, papaya, strawberry, dan kiwi.
4. Hindari mengonsumsi minuman yang mengandung tanin saat makan utama
Kandungan tanin dapat menghambat penyerapan zat besi dalam saluran cerna karena tanin dapat mengikat zat besi pada makanan yang ada di saluran cerna, sehingga penyerapan zat besi berkurang (Royani et al., 2019). Minuman yang mengandung tanin antara lain teh dan kopi.
5. Suplemen penambah darah
Suplemen penambah darah untuk anak bisa menjadi pilihan untuk membantu memenuhi kebutuhan zat besi. Ada banyak jenis dan merek suplemen penambah darah untuk anak yang dijual, namun sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan sebelum memberikannya.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait