Pada bagian awal, Pengepungan di Bukit Duri langsung mengangkat isu diskriminasi dan sentimen rasial. Seiring berjalannya cerita, satu persatu muncul pula isu-isu lain yang turut memberi warna dan realitas atas yang terjadi saat ini begitu apik tergambar dalam film ini.
Sutradara kelahiran Medan, 3 Januari 1976 ini mengakui bahwa film ini memang berangkat dari keresahan akan budaya-budaya yang selama ini menghambat masyarakat untuk maju, dan semua itu berakar dari persoalan pendidikan.
“Beberapa budaya seperti kekerasan, korupsi, semuanya ternyata mungkin terkait dengan gagalnya sistem pendidikan di Indonesia, sehingga kita menjadikan sekolah sebagai setting sentral dari cerita ini." tutur alumnus ITB jurusan teknik penerbangan ini.
Morgan Oey, selaku pemeran Edwin berharap penonton dan masyarakat Indonesia dapat menjadikan film Pengepungan di Bukit Duri sebagai medium untuk terapi. Menurutnya, isu-isu tentang kekerasan dan trauma di masa lampau, dapat dibicarakan dengan lebih terang.
"Selain membahas tentang ketidaksejahteraan profesi guru dan kekerasan remaja, film Pengepungan di Bukit Duri juga membahas tentang dampak dari diskriminasinyang terjadi, yang di film ini dialami oleh Edwin. Selama ini, kita dan bahkan negara tidak pernah acknowledge tentang dampak diskriminasi dan trauma yang dialami," beber Morgan Oey.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait