"Lewat peran ini, saya merasa ini juga menjadi bagian dari proses terapi. Isu dan permasalahan yang ada di film ini, akan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Diskriminasi bukan saja rasial, tetapi juga adanya ketidakadilan sosial yang terjadi. Semoga film ini bisa menjadi pembuka banyak ruang diskusi dan bisa acknowledge satu sama lain,” lanjutnya.
Melalui film Pengepungan di Bukit Duri, produser Tia Hasibuan mengharapkan penonton bisa memulai percakapan tentang apa yang saat ini terjadi di Indonesia, serta tak melupakan sejarah kekerasan yang pernah dialami oleh bangsa kita pada masa lampau.
Menurut Tia, sejarah bisa berulang jika kita tidak hati-hati dan memperhatikan tentang peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya. Untuk itu, alih-alih melupakan, justru harus dibicarakan.
“Di film ini, bukan hanya berbicara tentang kekacauan di masa lalu tapi juga keresahan di masa sekarang, dan kemungkinan yang bisa terjadi di masa depan. Cerita di filmnya terjadi pada tahun 2027. Di film ini, kami taruh sebagai peringatan untuk kita semua, yang sifatnya urgent, karena 2027 itu sebentar lagi,” kata produser film Pengepungan di Bukit Duri Tia Hasibuan.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait